SEJARAH BERKUMPUL NYA PARA WALI DAN ERA PEWAYANGAN DI DESA PONDOK KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

Pada jaman dahulu ada seorang pertapa spiritual di era Pewayangan yang sudah sangat di kenal oleh orang,bahkan nama nya sampai sekarang masih di kenal dan bahkan menjadikan inspirasi bagi para pelaku dunia spiritual untuk mencari jati diri.

Pertapa itu bernama Eyang Bayu Seto atau lebih di kenal dengan nama besar nya Brotoseno,di Kabupaten Grobogan tapak tilas beliau ada beberapa,salah satu nya di desa Pondok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan ini. Dalam perjalanan nya mecari ilmu pengenalan jati diri itu dia melewati banyak tempat dan menjadi kan tempat tilas nya itu mempunyai daya Karomah yang tinggi,hingga orang-orang yang paham akan ilmu energi alam akan mampu merasakan dan membaca seluk beluk tempat yang dulu nya menjadi tempat bermunajat Eyang Bayu Seto ini.

Tugas yang di emban dari guru nya itu membuat Eyang Bayu Seto berjalan selama bertahun-tahun hanya untuk bertemu Sang sejati di Sangkan Paran Dumadi,juga untuk melatih diri nya melaksanakan perintah dari guru nya mewujudkan ilmu To'at,ilmu tinggi yang harus di capai semua orang pelaku spiritual,karena tanpa mempunyai To'at kepada guru,maka tak akan ada hasil dari semua apa yang di lakukan nya. Tapak tilas yang berada di desa Pondok adalah tempat dimana Eyang Bayu Seto melepas kan semua keraguan nya saat pencarian nya mulai di goyah kan dengan rasa cemas akan keadaan yang menempa nya di kala semua hal yang telah di lakukan nya itu tanpa ada petunjuk dan serasa buntu untuk melangkah kan lagi kaki nya akan kemana,di tempat itulah Eyang Bayu Seto manembah dengan segenap rasa memohon petunjuk kepada Sang Maha Tunggal agar di berikan hidayah yang sebenar-benarnya dan mampu menghilangkan kecemasan nya dari prasangka-prasangka negatip kepada diri nya sendiri,guru nya maupun Gusti yang menggenggam semua alam semesta beserta isiNya.

Kemudian kisah tempat itu setelah beratus-ratus tahun meninggalkan karomah yang di rasa kan oleh seorang pejalan spiritual berikutnya,karena di rasa tempat itu mampu menyelaraskan kepingan-kepingan ilmu yang terberai di dalam diri setiap orang-orang Suluk,maka Ki Ageng Banyu Biru yang kala itu sedang menempuh suatu penempaan diri mengetahui bahwa tempat yang di lewati nya itu bukan lah tempat biasa,kemudian Sang Ki Ageng pun mengolah rasa nya sejenak untuk meraba ke dalam aura positip yang menentramkan hati pikiran nya di lokasi tersebut. Dalam waktu yang tak lama Ki Ageng Banyu Biru mendapati diri nya kehilangan rasa keraguan,kecemasan dan perasaan negatip nya,karena karomah tempat itu masih sangat kental dan mampu membuat orang yang munajat di tempat itu secara otomatis merasakan apa yang dulu Eyang Bayu Seto rasakan,al hasil energi yang menyelimuti lokasi itu benar-benar sangat mempengaruhi ilmu-ilmu yang masih tercerai berai di dalam setiap pelaku spiritual yang belum mampu menyelaraskan ilmu-ilmu nya itu untuk lebih bermanfaat untuk kebaikan diri nya. Untuk waktu yang tidak sebentar Ki Ageng Banyu Biru menetap di tempat itu,karena bagi beliau bermunjat di situ mampu menyelaraskan ilmu-ilmu yang di dapat kan nya,suatu hari Ki Ageng mendapatkan Wisik dari Gusti Murbeng Jagad bahwa akan ada nya sekelompok besar prajurit dari Tlatah Glagah Wangi melewati tempat beliau tersebut,mendapatkan hidayah yang seperti itu lalu Ki Ageng pun meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanan nya.

Era selanjutnya adalah era Sang Patih Demak Bintoro beliau bernama Ki Ageng Patih Wonosalam yang mengemban tugas dari Sang Sultan untuk menemui Ki Ageng Kebo Kenongo di Pengging,dengan beberapa orang prajurit Demak dan di temani beberapa tokoh yang mempunyai nama besar di era kerajaan Demak dan di iring dengan Bedug Asma dari Sunan Kudus yang di beri nama Simo Wali,Patih Wonosalam melewati rawa perbukitan dan hutan untuk menuju ke Pengging.

Ringkas cerita Sang Patih di Pengging mendapat Wejangan Suci dari Ki Ageng Kebo Kenongo,dan hal itu menjadikan patih wonosalam selalu memikirkan perkataan orang suci itu,di tengah perjalanan nya pulang ke Demak ,Patih Wonosalam ijin ke semua orang yang ikut bersama nya,kalau dirinya mau ke suatu tempat untuk menemui seseorang,dan semua rombongan di minta untuk kembali ke Demak terlebih dahulu. Di tengah hutan yang penuh dengan rawa-rawa Patih Wonosalam memisahkan diri dari rombongan menuju ke arah utara tanpa tujuan,beliau merasa kan batin yang ingin menyendiri agar mampu menemukan jawaban dari kegelisahan nya karena mendapatkan ilmu wejangan dari Ki Ageng Kebo Kenongo. Patih Wonosalam berjalan ke utara terus dengan tanpa tujuan mau kemana,sesampainya di sebuah tempat beliau melihat sebuah sumber air,kemudian beliau pun menuju ke sumber tersebut untuk minum air nya,akan tetapi dalam batin nya yang terdalam Sang Patih di tempat tersebut merasakan getaran aura Karomah orang suci yang sangat kuat,tanpa berpikir panjang Patih Wonosalam duduk bersila mengheningkan diri,melepaskan akal menembus rasa keyakinan sejati manembah kepada Sang Pencipta,setelah beberapa saat beliau merasakan diri nya menyelaras dengan alam sekitar,semakin di tingkatkan munajatnya kepada Tuhan,semakin Patih Wonosalam merasakan kenyamanan dan ketentraman batin,hilang gudah,cemas dan kebingungan nya,se akan-akan semua pertanyaan nya terjawab tanpa kalimat,tapi terjawab dengan menyelarasnya diri Sang Patih dengan Sang Pencipta melalui alam dan energi suci yang di tinggalkan oleh orang-orang sebelum beliau.

Dan Sang Patih mengolah rasa di tempat tersebut selama 2 kali 41 hari tanpa merasakan raga nya berkeluh,karena batin nya sudah menguasai seluruh rasa,sampai beliau bertemu dengan rombongan dari Demak gelombang kedua yang di pimpin oleh Senopati Demak yaitu Sunan Kudus. Karena Sunan Kudus bukan manusia biasa beliau mampu merasakan keberadaan Patih Wonosalam yang telah menjadi manusia yang berbeda dari Patih Wonosalam yang dulu,akan tetapi Sunan Kudus tidak menemui nya,hanya di lihat nya dari jauh,lalu meninggalkan nya,karena beliau sedang menjalankan tugas nya sebagai Senopati Demak untuk menegur Ki Ageng Kebo Kenongo,rasa penasaran Sunan Kudus kepada Patih Wonosalam yang sekarang seperti menjadi manusia yang berbeda itu beliau simpan di dalam hati nya,dengan batin yang mengatakan bahwa beliau akan menemui Patih Wonosalam selepas tugas nya dari Pengging.


Maqom yang ada di desa pondok kecamatan toroh kabupaten grobogan adalah :

1. Eyang Bayu Seto ( Mbah Lingsir Putih )
2. Ki Ageng Banyu Biru
3. Ki Ageng Patih Wonosalam
4. Mbah Rongo Kusumo
5. Nyi Sireng
6. Nyi Serang
7.Mbah Nggo Kusumo



Beliau-beliau datang dari beda-beda waktu dan semua yang datang ke tempat Petilasan tersebut selalu dalam keadaan yang gundah gulana karena kepahaman ilmu yang di dapat kan dari guru-guru nya,namun belum sepenuhnya dapat selaras dengan raga yang menjalani ilmu itu, atau kata orang jawa Keris Manjing Curigo.


Suluk adalah Kunci menyelaraskan ilmu spiritual yang masih tercerai berai di dalam diri.









Komentar

Postingan Populer