WATU GILANG / WATU ATOS DAN JEJAK RAJA MATARAM
JEJAK SANG RAJA MATARAM DI
MINGGIRSARI
Berawal dari ramalan Sunan Giri Prapen bahwa akan muncul nya kerajaan yang lebih besar dari pajang, Ki gede mataram selaku santri dari kanjeng sunan kalijaga melaporkan perihal ramalan tersebut kepada gurunya. Setelah bertemu dan berbincang Panjang,Ki gede mataram menceritakan tujuan awal nya sowan kepada sang guru,dan jawaban sunan kalijaga menyuruh ki gede mataram untuk bertapa brata menggapai wahyu di kembang semampir.
Hasil dari pertapaan ki gede mataram menuju ke danang sutawijaya untuk mengasah diri atau memulai untuk manembah gusti guna memantaskan diri untuk menjemput takdir yang telah di ramalkan. Perjalanan pun di mulai pemuda dengan tekad dan keteguhan hati ini melalui proses penempaan spiritual untuk menemukan wahyu keemasan menuju singgasana besar meneruskan kerajaan pajang.
Waktu berjalan akhir nya Sang raja besar pajang meninggal,namun penerus kerajaan enggan menduduki tahta,pangeran muda gemar bertapa dan lebih mengutamakan menepi juga berbaur dengan rakyat jelata,pangeran muda tampan bernama benowo memilih untuk meneruskan jejak leluhurnya menjadi jembatan spiritual kawulo alit.
Sesuai ramalan yang di ucapkan sunan giri prapen karena kerajaan pajang yang kini tak bertuan,maka danang sutawijaya pergi ke pertapaan dusun pancingan untuk mencari petunjuk dari gusti kang moho agung guna menentukan sikap di keadaan ini.
Wahyu turun dengan sasmita batin mengutus danang sutawijaya mendirikan kerajaan mataram di kota gede,merasa telah di beri hidayah yang tepat,maka beliau langsung pulang dan mengajak ki gede mataram juga patih mandaraka membedah petunjuk yang di dapat nya. Geger tanah jawa dengan berdiri nya mataram meneruskan kerjaan agung pajang,dengan raja sang panembahan senopati. Bentuk hormat dan tawadu’ beliau kepada sunan giri,maka setelah kerajaan berdiri langsung sowan ke giri kedaton,guna ngagsu kawruh juga meminta petunjuk untuk kedepan nya bagaimana kerajaan mataram ini. “ jika mampu menyatukan kadipaten-kadipaten yang dulu di bawah kuasa kerajaan pajang,maka giri kedaton akan berada di bawah kerajaan mataram “ dawuh sang sunan singkat dan tegas di telinga sang panembahan.
Sepulang dari giri kedaton beliau mulai merancang startegi, melihat sistem kerajaan yang masih berpola sama dengan kerajaan pajang,membuat panembahan mudah menata nya,hanya mengatur sedikit-sedikit agar lebih tertata baik,karena pada dasar nya prajurit yang di mataram saat ini juga kebanyakan dari pajang. Latihan keprajuritan di mulai selang 2 hari sepulang dari giri kedaton,penggemblengan kilat yang di lakukan semata-mata karena untuk persiapan perang menyatukan kadipaten-kadipaten yang lepas setelah kerajaan pajang di tinggalkan sultan hadiwijaya. Tugas awal yang segera akan di lancarkan oleh panembahan adalah menembus jawa bagian timur,karena jalur perdagangan besar dan aset yang mampu membesarkan kerajaan berada di Surabaya yang menjadi Pelabuhan besar kala itu.
Hari yang di nantikan tiba,prajurit mataram pilihan berbondong-bondong menuju Surabaya,menggempur dan menarik menjadi bagian dari kerajaan baru mataram. Perang yang di takdir kan untuk menjadi ukiran kisah sejarah pun akhir nya pecah di medan laga,sampai titik perang tanding antara pangeran Surabaya hendak melawan panembahan,belum sampai terjadi pertarungan tiba-tiba sunan giri prapen datang dan melerai kedua belah pihak. “ tunduk lah kepada mataram sebagaimana dulu Surabaya tunduk di bawah kekukasaan pajang,karena mataram tangan Panjang kerajaan pajang dengan raja yang juga mumpuni membuat sejahtera rakyat dan pengikut nya di kelak hari” ucapan sang sunan di iya kan oleh pangeran Surabaya.
Dengan ikut nya Surabaya menjadi kadipaten mataram,secara otimatis kadipaten lain di jawa bagian timur ikut bergabung,karena Pelabuhan besar dari semua jalur perdagangan lewat Pelabuhan Surabaya. Panembahan senopati sowan ke giri kedaton untuk berterima kasih kepada sunan giri prapen,juga untuk memerdekakan giiri kedaton menjadi tanah merdikan. Setelah selesai semua panembahan senopati ijin untuk Kembali ke mataram,namun beliau sunan berpesan kepada panembahan untuk sowan ke petilasan-petilasan leluhur nya dahulu di sepanjang perjlanan nya pulang. “dimana kah itu sunan” tanya panembahan.
Begitu banyak yang di sebutkan sunan giri prapen tempat yang wajib di kunjungi panembahan senopati di sepanjang perjalanan nya pulang mataram. Salah satu nya alas widyo rampal di tengah hutan di pinggir sungai kecil bekas jalan lahar gunung kelud dan juga bekas palung lautan,sungai kecil anakan dari aliran sungai warantas kuno. Pencarian di lakukan dengan beberapa prajurit yang masih tertinggal untuk mengawal sang raja,berhari-hari perjalanan akhir nya beliau temukan sebuah batu besar di tengah hutan seperti apa yang di katakana sunan giri prapen,batu berbentuk bundar besar seperti bola.
Dengan kewaskitaan panembahan beliau bisa merasakan bahwa batu tersebut bukan hanya batu biasa,akan tetapi dulu pernah menjadi tempat bertapa seorang agung. Dengan kemampuan nya beliau menelusuri jejak petilasan siapakah batu ini? Dimensi gila pun di masuki dengan bertemu banyak leluhur dari Begawan ciptoning,resi-resi dan juga raja agung eyang kanigoro. Di situ beliau bersimpuh sampai meneteskan airmata karena menemukan tempat yang sangat istimewa untuk menempa kesejatian diri nya dan juga sebagai pengurai energi negatip nya setelah berperang dengan bengis.
Beliau naik ke atas batu dan memulai meditasi dengan khusuk,dengan menyerap semua energi leluhur yang di tinggalkan di batu tersebut. Berbulan-bulan akhir nya beliau selesai bertapa di atas batu tersebut,dengan puas nya beliau mendapatkan pencerahan baru dari leluhur-leluhur yang telah meninggalkan jejak spiritual nya di batu hitam budar itu. Hidayah yang di dapatkan dari batu tersebut mengutus panembahan untuk sowan ke segoro kidul guna mematangkan ilmu pencerahan yang di dapatnya dari jejak leluhur di batu gilang bundar tersebut. Akhir nya beliau berangkat menuju ke pantai selatan sapta kemlaten,dan nanti nya beliau akan pulang ke mataram melalui jalur selatan,sowan ke retawu dan dlepih kahyangan juga.
1/1/23
jayeng
Komentar
Posting Komentar