KOSONG ADALAH ISI



Kali ini aku akan bercerita kisah ku sebagai penulis dan sebagai orang yg merangkak di jalan spiritual ku sendiri,dengan dasar-dasar yang ku kumpul kan dari serpihan-serpihan ilmu dimana aku mengenal suatu tempat yang mengajarkan aku banyak sekali petunjuk untuk menjalani semua perjalanan spiritual ku.

Betahun-tahun aku melakukan perjalanan berkeliling tempat-tempat yang di anggap orang dahulu sebagai tempat untuk menimba ilmu bagi para wali,dan mulai dari satu tempat ke tempat lain aku melakukan pengheningan diri atau cipta NING diri untuk menyelaraskan rasa dengan apa yang ada di tempat tersebut,semakin aku mengejar apa yang aku ingin kan maka akan semakin aku tersiksa dengan ketiadaan dan tak mendapatkan apapun.

Dari awal ku menjalani perjalanan spiritual hanya lah suatu yang tak ku pahami dan kekosongan tanpa kepahaman yang bertitik pada kerapuhan raga,lelah,capek dan kebosanan menyelimuti setiap langkah demi langkah. Namun niatan jiwa seorang pencari yang tertanam di dalam diri memacu membakar semua kelemahan-kelmahan dan menjadikan sebuah semangat yang tak henti.

Salah satu tempat yang berulang-ulang kali ku datangi adalah dataran tinggi Dieng,yang konon kata nya tempat nya para Dewa-dewa bersemayam dan menebar keberkahan-Nya. Terlapas dari semua cerita-cerita itu aku pribadi datang ke Dieng untuk menemui seorang pertapa yang sudah berpuluh-puluh tahun lama nya di sana,dengan melewati berbagai cuaca dingin yang tak biasa bagi manusia pada umum nya,karena di daerah Dieng pada bulan tertentu cuaca mencapai titik NOL derajat bahkan Min 01 derajat,kadang sampai hujan kristal es juga ada embbun upas yang dingin nya mematikan tanaman di daerah dataran tinggi tersebut.

Mbah Fanani adalah salah satu pertapa yang nama nya mulai tersohor di kalangan para Hamba pencari Tuhan,karena wujud nya yang tak layak nya manusia pada umum nya,bahkan mbah fanani tak sedikit yang menyebutnya sebagai salah satu wali atau kekasih Tuhan yang masih hidup di jaman sekarang ini,dengan hanya berselimut sarung dan tak pernah pergi dari tempat nya bertapa membuat orang-orang terkagum karena kelebihan nya yang tak merasakan lagi dingin nya Dieng yang menembus tulang bahkan saat kita sudah memakai jaket tebal berlapis-lapis.

Dari tahun 2005 sampai dengan 2018 aku hampir setiap bulan ke Dieng,mungkin bisa 2-3 kali dalam sebulan nya,disana tak bosan-bosan nya aku menemui beliau mbah fanani dari sekedar sowan sampai kadang bermunajat di dekatnya,sampai-sampai badan menggigil tak terasa pada saat ambisi memenuhi otak dan membungkam kata hati. Sehingga dari dulu hanya bisa di depan pintu gubug kecil nya mbah fanani,karena saat ingin masuk selalu di usir dan bahkan di cuekin itu hal yang biasa dan selama bertahun-tahun tetap aku sowan i terus,di samping pengen berkah nya wali juga pengen ketemu mbah fanani saja.

Semua berubah setelah kemarin tepat nya hari sabtu wage tanggal 19 januari 2019 pagi pukul 07.00 aku menuju ke gubug kecil mbah fanani dengan langkah yang tak biasa,hari itu aku kesana tak se ambisi dulu,yang selalu mempunyai rasa dan kepentingan pribadi,entah itu karena ingin ngobrol atau pun sekedar di balas ucapan salam ku kepada beliau.Dengan langkah yang tanpa ambisi dan hanya berpikir " yang penting sowan,mungkin aku belum bersih secara jasmani rohani sampai mbah fanani pun tak berkenan untuk menjawab salam ataupun ngobrol sama aku," maka dengan mengucapkan salam aku buka tirai pintu gubug nya,sempat kaget terkejut dan hampir tak percaya,salam ku di jawab bahkan aku minta salaman beliau berkata kalau tangan nya kotor habis makan,terdengar suara lirih nya dengan bahasa indonesia aku segera meraih tangan nya,beliau yang masih sedikit canggung aku buat sebiasa mungkin,beliau cuma mengucapkan 2 kalimat " Jangan sombong dan jangan lupa diri" lalu aku di suruh keluar,dari pengalaman itu seperti aku di timpuk dengan kotoran hewan yang sangat bau dan banyak,sampai aku tak tau harus berkata apa,setelah nya aku hanya minta doa restu dan keluar dengan selalu memegang pesan beliau yang sederhana tetapi sangat sukar di jalani kalau hanya sekedar di angan-angan saja.

Dengan bekal pesan dari mbah fanani itu sekarang aku merasakan hal baru yang ku timba dari hal yang lama,dan semakin berusaha untuk menjadi yang terbaik menjaga kedewasaan serta menghadapi tempaan hidup yang Tuhan berikan,mungkin dengan hakekat bersyukur,hakekat bersabar,hakekat nrimo ing pandum itu adalah langkah awal yang harus ku lakukan .



jayeng 24/01/2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer