SPIRITUAL KUNO LELUHUR
SPIRITUAL PARA LELUHUR
Di setiap
kitab atau pembukuan kuno terdauhulu.entah itu di tuliskan di bebatuan,kulit
hewan ataupun di pepohonan,semua karya para leluhur tersebut selalu di abadikan
untuk anak cucu nya. Dan berjalan nya waktu demi waktu tulisan-tulisan keilmuan itu mulai di tuangkan lewat pena di atas kertas agar supaya lebih terlihat dan
terbaca jelas di masa demi masa.
Sejarah mencatat
bahwa setiap orang terdahulu selalu melakukan perjalanan mencari jati diri melalui
sebuah penempaan diri yang tidak semudah kita membaca karya-karya beliau
saat ini,dulu setiap ilmu selalu di sertai dengan tirakat yang kuat dan juga
penguasaan materi yang sangat dalam,sehingga pencapaian nya pun tidak main-main. Di dalam
proses spiritual nya, orang-orang dahulu selalu menulisnya di pelepah
pohon,bebatuan dan kulit hewan ,sebagai pengingat dan kitab panduan anak cucu yang akan datang,dengan harapan bahwa peninggalan tersebut mampu menjadikan mereka makhluk
mulia seperti apa takdir baik nya hidup di dunia ini.
Spiritual
leluhur kita selalu di jelas kan secara gamblang dari segi proses sampai
pungkasan atau akhir lelaku, dan setiap runtutan pengalaman spiritual nya pun
detail tertulis agar orang yang ikut mengamalkan dan terutama anak turun nya kelak tidak
merasa kesulitan saat mengikuti jejak leluhur nya. Jika boleh di bandingkan
antara orang sekarang dan leluhur dahulu,maka kita akan menemukan banyak sekali
perbedaan spiritual. Apabila kita resapi dengan seksama disetiap proses spiritual leluhur
kita sangat lah sederhana simpel dan mudah di pahami,walaupun mereka sering
menggunakan kata-kata kiasan agar mempercerdas kita dan memicu otak kita berpikir dengan sehat sehingga mudah mempelajari buah karya
mereka.
Di dalam
pembukuan kuno yang sekarang di sebut dengan kitab suci,selalu berdasar
pada perjalanan insan pilihan Tuhan yang baik akhlak dan pribadi nya,dan selalu
di contohkan untuk mengajak dalam kebaikan,tidak lupa juga dituliskan makhluk-makhluk
Tuhan lain sebagai penyempurna kebaikan seorang pinilih ini tadi dalam
penyelarasannya dengan Semesta ini. Sebagai penyeimbang perjalanan manusia di
dunia inidan untuk menuntaskan takdir sebagai makhluk mulia,di butuhkan penempaan diri yang tidak biasa. salah satu jalan di tempuh dengan meninggalkan petuah-petuah yang berisi sanepa-sanepa,yang bertujuan untuk lebih membudidaya kan semesta sebagaimana mesti nya.
Jin dan
makhluk-makhluk astral lain nya di ciptakan untuk menguji kelayakan manusia
dalam pencapaian nya di dunia spiritual. Jadi pada saat kita telah menjadi
seorang yang mendekati ranah kemuliaan,tidak menutup kemungkinan akan banyak
makhluk dunia lain yang mendatangi untuk mengabdi kepada kita,karena telah di
jelaskan di kitab manapun karya leluhur kita.bahwa manusia adalah makhluk
paling mulia di sisi Tuhan semesta alam,yang keberadaan nya pantas di sembah
oleh makhluk lain nya,asalkan manusia tersebut sudah pantas atau sudah memahami
siapakah diri nya dan sudah mencapai kedalaman ilmu tentang kesejatian diri
yang di sertai kesejatian Tuhan semesta alam.
Sejak kehidupan
di jaman leluhur.ilmu kasepuhan tentang pengenalan diri adalah sebuah
pencapaian yang sangat di agungkan dan di cari-cari metode nya ,karena nya banyak pelaku-pelaku spiritual di
jaman leluhur kita yang menjadi barometer para pelaku spiritual jaman sekarang.
Di luar para nabi-nabi ,banyak sekali pelaku
spiritual yang menjadi barometer orang-orang jaman sekarang. Di dunia ini siapa
yang tak kenal nama besar Syeh Abdul
Qodir Al Jaelani,di nusantara siapa yang tidak mengenal Wong Agung Mena salah
satu anggota wali songo yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga,beliau-beliau merupakan contoh
barometer spiritual murni yang di anggap guru pilihan di sepanjang perjalanan
pencarian jati diri. Keilmuan mereka abadi hingga sekarang tak termakan
waktu,karena ilmu bukan barang baru seperti raga kita ini,jadi ilmu tidak akan
musnah oleh perubahan alam dunia ini.
Pemahaman tentang
ilmu leluhur yang sudah di tafsir kan oleh banyak ahli tafsir dan juga di buku
kan oleh penerbit, bertujuan agar lebih mudah di baca dan di jalani tahap
pertahap semua di lakukan oleh pendahulu kita saat proses pencarian jati
diri dan pengenalan Tuhan semesta alam ini. Akan tetapi dengan semakin di
permudah nya tafsir-tafsir tersebut malah banyak orang pintar yang membuat
tafsir lain untuk mengamalkan peninggalan leluhur kita,padahal leluhur kita
membuat tulisan penuh kiasan itu untuk mencerdaskan keturunan nya bukan memintarkan
keturunan nya.
Dari kepintaran-kepintaran
yang di gunakan untuk sebuah kepentingan pribadi,menjadikan keilmuan leluhur
yang murni jadi tercampur dengan ke ego an seorang penafsir,yang semestinya
ilmu kasepuhan penempaan diri dapat membangun jiwa yang tenang,malah menguatkan
tembok raga yang semakin menutup kelembutan rasa dan dampak nya orang yang
menjalani ilmu ini akan selalu merasa gusar,takut,cemas,ragu dan mudah marah. Kebingungan yang terjadi menimbulkan sekitar nya menjadi keberadaan yang tidak
lagi nyaman secara batiniah,contoh nya “keinginan nya pergi kepasar tapi setelah raga
menuju kepasar,jiwa nya mengajak nya ke tempat lain,karena setelah sampai di
pasar kegundahan nya tidak hilang”.
Kadang orang
terjebak dengan perwujudan-perwujudan yang di anggap nya petuah suci dan
cenderung di yakini,bahkan di yakin kan untuk anak cucu nya kalau semua
gambaran itu adalah hidayah dari Tuhan semesta alam. Akan tetapi kembali ke
dalam perjalanan leluhur yang tertulis di kitab suci,yang ada di dunia
ini bahwa semua yang memuwujud adalah bentuk dari makhluk lain yang menguji wadah
kita. Karena pada dasar nya mereka di ciptakan untuk mengabdi kepada manusia
yang mulia atau sudah pantas di abdi dari segi spiritual diri nya. Contoh nya
saat Sidharta Gautama bertapa mencari
kebenaran diri dan hidup,beliau di goda dengan perwujudan-perwujudan ghoib,akan
tetapi beliau abaikan karena bukan itu yang beliau jadikan tujuan. Semisal lagi
perjalanan Syeh Abdul Qodir Jaelani saat beliau melakukan perjalanan mencari
jati diri,di tengah perjalanan nya beliau berdoa lirih sambil membayangkan
roti,susu dan makanan lain,saat itu pula beliau langsung di uji dengan terwujud
nya makanan-makanan tersebut,seperti juga cerita-cerita sebelumnya beliau menolak
karena bukan itu yang beliau maksudkan dengan makanan secara lahiriah nya.
Sebuah pencerahan
yang di kiaskan oleh para pendahulu kita harus sangat berhati-hati dalam kita
memaknai nya . Karena bukan hanya lewat ukiran tulisan saja leluhur kita menaruh atau menyimpan
data keilmuan beliau,pada dasar nya yang tertulis adalah petunjuk untuk pelaksanaan
nya,akan tetapi untuk perihal soal rasa sejati ,beliau-beliau menyimpan nya di setiap
bebatuan yang di gunakan untuk pertapaan nya,penembahan nya atau pemunajatan
nya kepada Tuhan semesta alam. Dari semua batu-batu yang menjadi pusat energi
penyimpanan daya perasaan beliau-beliau waktu menemukan kesejatian ilmu itu,banyak yang sudah di lestarikan untuk magnet berkumpul nya manusia-manusia
mengambil berkah,namun juga tidak sedikit yang masih belum di temukan
keberadaan nya. Maka dari itu jangan mudah mengkafirkan orang atau menganggap
bahwa beberapa peninggalan kuno adalah penyembah berhala,karena leluhur kita
lebih cerdas dari pada kita,dan lebih pintar dari orang jaman sekarang. karena
di dalam spiritual di butuhkan kepintaran untuk mengatur raga jasmani dan
membutuhkan kecerdasan untuk menemukan rasa sejati tentang diri dan Tuhan di
jagad kecil kita masing-masing.
Jika setiap
kita sudah pantas atau mampu mengenal diri kita,maka setiap berkumpul nya kita
di suatu tempat atau mungkin waktu wedangan ngopi bareng di angkringan ,maka pembahasan yang
terlontar di tongkrongan kita bukan lah obrolan-obrolan kosong tentang bagaimana besok kerja atau
makan dan sebagainya,akan tetapi obrolan kita akan terfokus untuk membahas
tentang “ dulu sebelum kita kembali lagi
kealam dunia ini,kira-kira kurang melakukan apa saja supaya sempurna ilmu kasempurnan kita,agar kita bisa menjadi manusia mulia atau
sempurna seperti takdir kita yang seharusnya menyandang gelar sebagai makhluk
paling mulia dan sempurna “. Tetapi hal itu belum terbesit oleh orang-orang
jaman sekarang,malah mereka berloma-lomba menjadi orang yang ingin di puji di
sanjung demi kepentingan pribadi.
Mulai lah
menjalani spiritual yang sebenar-benarnya agar tidak menjadi labuhan kembali
untuk diri sendiri ataupun orang-orang tersayang kita. Di mulai dengan hormat
leluhur dengan sepenuh hati dengan totalitas semampu kita. Di mulai dari orang
tua,ke diri sendiri,leluhur dan semesta seisinya.
Jayeng 06/09/22 13:10
Salam kesadaran spiritual cerdas
Komentar
Posting Komentar