KASEPUHAN / NGAJI SEPUH

Banyak di jaman sekarang orang yang sudah berumur sekitaran umur 30 an ke atas memulai pemikiran nya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan,dengan perhitungan kalau umur-umur tersebut adalah waktu yang pas untuk "Ngaji",agar di sisa umur nya bisa lebih dekat dengan Pencipta-Nya.

Tetapi sayang nya banyak yang kurang tepat melabuhkan kepercayaan nya itu ke Pesantren-pesantren yang metode nya bukan untuk ke-Tauhid-an orang yang sudah berumur dewasa menuju tua,karena kebanyakan pemula dengan umur tersebut di pukul rata dengan metode pembelajaran yang sama dengan anak-anak yang baru mempelajari dasar-dasar syariat atau pengenalan suatu petunjuk.

Di masa dimana uang adalah yang utama,banyak yang mengabaikan pepatah jawa " Urip iku Urup ",yang dimaksud kan bahwa hidup itu memberi manfaat kepada sesama nya,atau hidup yang bermanfaat untuk makhluk lain,sehingga pembelajaran yang di berikan asal-asal,tanpa memandang apa yang di butuhkan para siswa-siswa / santri-santri nya.

Sangat berbeda jauh antara guru sekarang dan guru dahulu,perbedaan itu yang membuat ilmu "sepuh" atau ilmu tua menjadi hilang tanpa penerus,karena lebih memikirkan kepentingan pribadi daripada tanggung jawab nya menjadi seorang guru yang waskito dalam hal melihat wadah-wadah santri nya,alhasil banyak guru-guru yang belum matang sudah di luluskan dengan tanpa ujian yang cermat,sehingga dalam praktek nya di tengah jalan guru nya bingung santri nya kabur.

Untuk orang yang berumur 30 tahun keatas itu wajib di ajarkan tentang ke-Tauhid-an atau keyakinan yang tinggi kepada Tuhan,bukan sekedar percaya kepada Tuhan -Nya,tauhid yang harus di berikan pun harus sesuai urutan yang menjadi pakem sesepuh-sesepuh yang terdahulu,malah tak sedikit yang terjadi seorang guru mempunyai santri yang lebih paham tentang ke-Tauhid-an kepada Tuhan daripada guru nya,itu karena belum matang nya ilmu akan tetapi sudah di luluskan untuk menjadi seorang guru,kekonyolan-kekonyolan yang kerap terjadi di masa sekarang tentang guru yang kehilangan santri dan menjadi linglung sendiri.

Di semua kisah perjalanan orang-orang terdahulu tak ada kata santri,tetapi di sematkan kata sahabat di dalam nya,karena agar bisa saling belajar satu sama lain,yang dimana setiap perjalanan rohani selalu berdampingan tanpa membuat kecewa yang lain nya.

Kadang melihat orang tua yang belajar di sebuah pesantren hanya di ajarkan tentang membaca ayat-ayat dan menjalankan kewajiban sehari-hari membuat iba dan kasihan,karena keyakinan di dalam sanubari nya tidak di olah untuk lebih bisa mendekat,mengenal dan merasakan Tuhan ada dekat sekali dengan dia,malah salah-salah bisa jadi dengan di ajarkan pembelajaran yang setiap hari hanya membaca ayat-ayat dan menjalankan kewajiban monoton membuat dia secara tidak sengaja memberhalakan semua itu dengan Tuhan Nya/menduakan Tuhan.

Untuk orang-orang yang mempunyai niatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan,dan kalian merasa bahwa umur kalian sudah dewasa menuju tua,pilihlah dengan benar tempat yang akan kalian percayakan untuk mewujudkan keyakinan,jangan salah tempat agar hidup dan mati bisa dengan benar ada nya,seperti yang orang-orang terdauhulu jalani.


* Mengenal Mu di setiap ku memandang...
* Merasakan Mu di dalam setiap hembusan....
* Menyatukan rasa asa satu di pusara raga mengetuk pintu surga dan neraka Mu....

Zeuz

Komentar

Postingan Populer