NOAH DIENG

" setelah kapal nuh terombang-ambing di lautan yang meluap akibat gunung dintengah laut yang meletus,tsunami besar dengan ketinggian berkilo meter dan membinasakan peradaban maju saat itu serta membelah kepulauan-kepulauan menjadi pulau kecil-kecil,disebutkan dalam kitab bahwa kapal beliau terdampar di bukit Judi/gunung Judi. Dalam banyak nya penafsiran para ahli makna Judi adalah tinggi,dan penuh dengan tumbuhan hijau membentang di sepanjang mata memandang. Apabila itu di luar nusantara kita ini,maka penafsiran itu akan sangat lemah,karena hamparan hijau dengan kekayaan alam nya hanya ada di nusantara. Bukit Judi atau dalam bahasa indonesia adalah dataran tinggi hanya di sematkan untuk satu daerah di nusantara ini,yaitu dataran tinggi Dieng. Suatu saat sejarah akan menguak keberadaan kapal besar Nuh yang terdampar di dataran tinggi Dieng,yang bagi orang jawa mengatakan kalau sebuah kapal sering kali di sebut dengan Perahu/Prau. Ratusan bahkan ribuan tahun kapal/prau yang terdampar itu memfosil menjadi sebuah gunung yang terletak di pinggiran dataran tinghi dieng,dan tidak mustahil suatu saat akan terungkap" kata seorang kakek yang bertemu dengan kami tanpa sengaja di sebuah masjid daerah wonosobo.

" Ora usah ngajak aku bali,reja ne jaman aku bakal bali nanging asal di jemput numpak kapal " ( jangan mengajak saya pulang,suatu saat aku bakalan pulang sendiri dengan di jemput naik kapal ). Kata-kata yang terucap oleh seorang pertapa di dataran dieng bernama syeh fanani,beliau sudah berpuluh-puluh tahun bertapa tanpa busana menentang rasa dingin dataran tinggi dieng yang di waktu tertentu mencapai minus lima derajat celcius (-5c⁰). Sungguh di luar nalar kita,akan tetapi ini nyata adanya dan bisa di buktikan keberadaan beliau sampai sekarang masih bertapa di sana. Pernyataan beliau di atas menyimpan rahasia besar yang bisa kita jadikan puzzle mengungkap keberadaan sejarah besar peradaban manusia. 

Candi-candi dan juga sumber mata air melimpah di daerah tersebut,menjadi penguat bahwa pernah ada peradaban manusia di atas sebuah dataran tinggi dengan suhu yang extreme itu. Tanah yang sangat subur menjadi lahan luas bercocok tanam bagi manusia memenuhi kebutuhan hidup,apapun yang di tanam pasti tumbuh dan mampu menjadi bahan pokok mereka. Sampai sekarang pun kehidupan mereka sebagian besar dari bercocok tanam.

Pengalaman kami bertemu dengan kakek sepuh yang tidak mau menyebutkan nama nya itu,membuka sedikit pencerahan bagi kami bahwa sungguh bangga nya kami hidup di nusantara yang ternyata disini lah seorang Nuh nabi dan rasul menginjakan kaki nya setelah menerima perintah Tuhan semesta alam untuk membuat kapal/prau dengan membawa kehidupan lain masing-masing sepasang untuk menyeimbangkan semesta setelah pembersihan besar-besaran.

Di sebutkan juga oleh kakek itu bahwa Nuh berlayar tidak lah jauh dari nusantara,yang lama adalah beliau terombang-ambing di atas laut yang saat itu mengamuk bagaikan naga raksasa yang berputar-putar mengelilingi jagad. Karena kata kakek bahan pembuatan kapal/prau kayu itu tidak lah mungkin dari luar nusantara kuno,dan maksud dari nusantara kuno itu adalah nusantara sebelum terbelah oleh dahsyat nya amukan gunung besar yang meletus dari tengah-tengah lautan. Berbangga lah kita menjadi peradaban awal di kehidupan kedua dari jaman Nuh bukan dari jaman Adam. Dan apabila dunia mau jujur mengakui,maka sejarah yang sebenarnya akan terungkap.

Awal nya kami melakukan perjalanan kw dataran tinggi Dieng untuk sowan syeh fanani,sampai di wonosobo kami memutuskan untuk istirahat di sebuah masjid karena menempuh perjalanan panjang rasa kantuk tidak tertahan kan. Tanpa sengaja di masjid ada seorang kakek yang sudah ada di masjid untuk istirahat,ketika kami tanya beliau sedang dalam perjalanan musyafir menuju ke puncak gunung prau di dieng juga. Dari sinilah awal mula cerita di atas terjadi,dan beliau tiba-tiba saja menceritakan semua nya kepada kami. Dan tidak pakai lama langsung kami tulis untuk menjadikan sebuah kenangan dari kakek yang tidak mau menyebutkan nama nya walaupun sudah kami tanya berkali-kali. Ciri- ciri beliau memakai baju putih semacam kaos oblong,tongkat kayu biasa,membawa tas kecil dan caping kecil yang di kalungkan di leher nya,beliau berambut panjang se punggung dan celana hitam selutut,ada kumis tipis dengan jenggot yang tidak begitu panjang,warna rambut hitam keputihan,siapa tau sodara-sodara ada yang bertemu beliau. 



Eng 3.00 wib 
Banjarnegara

Komentar

Postingan Populer