KISAH DI BALIK KISAH
1.
KI JATI
ANOM
2. Pada
saat blitar masih jadi Kadipaten bernama alas rampa dengan era setelah
kadipaten kanigoro pernah menjadi pusat pemerintahan yang saat itu blitar masih
merupakan sebagian besar hutan belantara dan pemukimannya masih sedkit , Sunan
Kalijaga yang sedang melakukan perjalanan nya menuju ke jawa bagian timur berangkat dari Demak,beliau sempat
mendatangi beberapa tempat di blitar untuk menapak tilas masa muda nya sebelum
beliau menjadi salah satu dari wali songo,karena beliau pada masa mengikuti
perjalanan Syeh Abdul Jalil sudah pernah singgah di blitar untuk menjalankan
dawuh dari guru besar nya Syeh Datuk Kafi.
3. Dalam
perjalanan nya kali ini beliau lebih mengutamakan syiar keilmuan yang beliau
dapatkan selama beliau belajar di guru-guru nya. Di lokasi yang dulu beliau tinggalkan
bersama Syeh Abdul Jalil tidak lupa di singgahi lagi untuk melihat perkembangan
nya dan juga menambahkan beberapa ajaran untuk jamaah yang sudah mumpuni untuk
mendapatkan piwulangan yang lebih tinggi. Di salah satu tempat bernama gedong
di daerah blitar tengah ( yang saat ini menjadi jatinom ), beliau sempat
berhenti sesaat ketika melihat banyak nya pohon aren menjulang tinggi di area
tersebut,sambil duduk beliau menembangkan tembang yang berisi tentang kehidupan
manusia dalam mengenal Tuhan nya. Di tempat beliau duduk terdapat sebuah batu
hitam yang sebesar tampah dan berbentuk lingkaran,sambil bergumam sendiri
beliau berkata “ watu saksi ne petilasan wong agung kang ora ke rawat kahanan
ne” jika di artikan sebuah batu yang menjadi saksi ada nya petilasan orang besa
di sini akan tetapi tidak terawatt dengan baik. Beliau memberi tanda di lokasi
tersebut dengan menambah cerita di batu tersebut tentang perjalanan masa kecil
seorang Patih besar yang pernah menjadi legenda sapanjang masa yaitu Patih
GajahMada.
4. Di
sebelah kanan beliau duduk ada sebuah patirtan bersalin yang bersejarah,karena
aliran air nya yang tertimbun tanah terlalu lama jadi nya tidak sederas awal
dulu sumber tersebut pernah ada. Kemudian oleh beliau tempat itu di lebarkan
sehingga menjadi seperti kolam dengan air yang jernih murni dari alam,dan
sendang tersebut di beri nama yang kelak akan di kenal anak cucu menjadi sumber
Andong yang penamaan nya di ambil dari nama seorang ibu dari Patih GajahMada. Berhari-hari
beliau di tempat itu belajar kawruh dari daya energi yang di tinggalkan di batu
petilasan di sendang tersebut. Semakin lama beliau di tempat tersebut semakin
memahami perubahan-perubahan alam di sekitar blitar dari masa ke masa,dan
beliau juga semakin mengetahui kea rah mana harus menjalani spiritual diri nya
untuk lebih bermanfaat tidak hanya untuk diri nya sendiri akan tetapi juga
untuk semua manusia dan juga makhluk –makhluk Nya.
5. Dengan
bertambah nya kawruh yang di dapatkan nya di lokasi gedong tempat lahir nya
leluhur besar itu ,menambah kepercayaan diri secara spiritual beliau,dan untuk
menapaki perjalanan ke depan akan lebih mantap tauhid beliau kepada Sang Maha
Agung. Di saat beliau akan melanjutkan perjalanan nya dari kejauhan terdengar
seseorang sedang menembang tetapi lirik kata nya sedikit unik di
dengarkan,beliau mendekati sosok orang yang sedang nembang itu. Setelah
mendekat beliau melihat sesosok orang sedang “deres” aren di atas pohon
aren,maka di tunggu nya orang itu sampai turun menyelesaikan kegiatan nya deres
tadi. Dengan sabar beliau tenang menunggu nya,karena keberadaan Sunan Kalijaga
yang tidak di ketahui oleh orang tersebut,membuat kaget dan menjauh lah orang
itu sambil melihat penasaran , melihat beliau tersenyum menyapa salam kepada
orang itu ,terdiam lah sosok pecari air buah aren itu sambil memandangi dengan
seksama orang yang ada di depan nya itu. Salam dari Sunan Kalijaga yang dari
tadi belum terjawab di ulangi nya lagi mengucapkan salam “ Assalamualaikum
kang”. Sekali lagi orang itu hanya diam kemuadian Sunan Kalijaga mengucapkan
salam lain “ kulo nuwun kang” sambil tersenyum ramah, “ monggo wong agung mena
“ jawaban dari orang tersebut. Sunan bertanya nama kepada orang itu dan di
jawab la nama nya Joko Gesang,kemudian beliau bertanya apa yang di tembangkan
Joko Gesang tadi, Gesang menjawab kalimat itu di dapatkan nya dari guru deres
nya Yo kayuku Yo Kayumu ,Kanjeng sunan tersenyum mendengarnya sambil bertanya
dimanakah guru mu dan siapakah nama beliau. Joko gesang menjawab guru nya pergi
entah dimana,karena setelah memberi kalimat tersebut beliau pergi dan hanya
berpesan “dengan membaca terus –menerus kalimat itu maka deresan akan
mendapatkan banyak air aren dan kualitas nya bagus “ jadi nama guru nya pun
gesang tidak mengetahui,seperti hal nya bertemu sunan saat ini guru nya pun
datang entah dari mana yang pasti beliau membawa pikulan wadah deresan air aren
kemana-mana dengan caping. Sunan kalijaga yang waskito langsung mengetahui
bahwa gesang di tuntun langsung oleh leluhurnya untuk istiqomah kalimat
tersebut agar paham makna hidup dan kehidupan ini.
6. Berhari-hari
mereka berdua saling memperkanalkan diri nya masing-masing akhir nya gesang
tahu bahwa yang sedang bersama nya adalah salah satu wali termashur di tanah
jawa yaitu Sunan Kalijaga, gesang semakin senang hati nya,juga semakin
bertambah wawasan spiritual nya dan semakin mantap ketauhidan nya kepada Tuhan
semesta alam. Gesang yang mendapatkan banyak kawruh kasepuhan dari kanjeng
sunan memberanikan dirinya untuk ikut kemanapun Kanjeng sunan berjalan,dengan
senyum sunan berkata “ ngger gesang,sampean tunggu neng tlatah kene ojo
pati-pati lungo yen durung tak puruki nyang tlatah jumenengan mu iki” mendengar
perintah dari guru yang di yakini dari hati pikiran nya ,secara tegas gesang
menjawab sendiko dawuh. Tepat di pinggiran aliran sungai kecil yang bersumber
dari sendang andong sang gesang pun menjalankan tugas pertama nya sebagai
syarat memantaskan diri nya untuk menjadi murid dari sang sunan. Gesang duduk
di sebuah batu hitam hanya diam tanpa di bekali sebuah amalan untuk di dawam
kan,tugas nya hanya menunggu sampai Sang guru tercinta nya datang kembali
menjemput nya untuk di ajak syiar ke nusantara.
7. Hampir
7 tahun sunan kalijaga pergi meninggalkan gesang di daerah gedong di pinggir
sungai aliran sungai yang ber hulu sumber andong,tiba-tiba isyarat alam memberi
pertanda lain pada sunan,angina besar langit mendung di sertai kilat tapi tanpa
tetesan air hujan,kemudian sunan kalijaga diam sejenak membaca alam yang
tiba-tiba berubah suasana nya. Akhir nya beliau mendapatkan gambaran datang nya
seorang bermaqom wali yang baru saja di
restui oleh semesta keberadaan nya,dan di anggap pantas untuk mendapatkan
anugrah kewalian. Kanjeng sunan pun segera kembali ke tempat dimana joko gesang
pernah di tinggal kan untuk istiqoma menunggu kedatangan nya, setiba nya di
lokasi itu sunan kalijaga melihat hutan aren berubah menjadi berbagai pohon
ikut tumbuh di sekitar aren dan alang-alang,ada pohon jati lanang atau
bendo,aren,jati jawa dan asem. Melihat perubahan di sekitar tempat gesang
banyak tumbuhan tumbuh maka di uluk salam secara lirih sambil menepuk tanah
tangan sunan. Seperti orang yang tertidur lelap joko gesang terbangun dan menyambut
tangan guru nya di ciumi sambil mengucapkan jawaban salam dari sang guru. Melihat
peningkatan spiritual murid nya,sunan kalijaga memberikan sematan gelar nama
untuk joko gesang menjadi Ki jati anom, karena dari Toat nya Ta’dim nya dan
tawadhu nya murid kepada sang guru danan mampu membakar belukar hati dan
pikiran nya tentang kepahaman nya kepada Tuhan,maka beliau memberi gelar
kewalian Ki Jati Anom yang bermakna seorang pemuda yang menemukan jati diri di
usia nom atau muda. Dan tempat itu nanti nya akan menjadi desa gedong jati
anom. Setelah pertemuan tersebut sunan kalijaga mengutus ki jati anom
melanjutkan lelaku ke gunung arjuna,kawi dan penanggungan. Sunan berkata “
Tuntas ne lelaku ngangsu kawruh e gunung arjuno,gunung kawi lan gunung
penanggungan,sak tuntas e lelampah tak tunggu sowan mu nyang kadilangu “
setelah itu mereka berpisah,dan dari sini lah awal mula perjalanan seorang Ki
jati anom atau sunan joko gesang. Matur
nuwun
8. Sumber data :
1. babat pengging
2. babat kadilangu
3. wawacan gunung jati
4. serat jolo sutro
5. serat sunan geseng
jayeng / 04/03/23
Komentar
Posting Komentar